Minggu, 25 Januari 2015

Pertanyaan Daun dan Genting

Ribuan bunyi-bunyi kecil bermula, teriringi angin sedu.
berharap rintik embun akan singgah pada daun dan genting.
walau segera menggejala pertanyaan antara angin, daun dan genting.
Daun tak pernah bohong atas angin, entah lemah atau jujur?
genting tak pernah jujur atas angin, entah kuat atau bohong?
apa artinya kuat berhak atas bohong? atau lemah harus menjadi jujur?
apakah esok harus dijumpai dengan kejujuran dan kebohongan?
lantas kenapa harus ada angin, jika udara tenang sudah mewakili kehidupan.
untuk tunjukan sifat mereka? sifat yang dapat pergi bersama halimunan.
ku kicu kau dengan senyum ini,
hingga kau mungkin takkan pernah tahu dengan tepat dan cepat.
mana daun dan mana genting itu, hingga akhirnya embun telah singgah dan mengering.

(Sleman/Abrid/Januari/2015)


Saat itu hujan, dan terus aku lihat daun dan genting sebagai cerminan orang-orang di pandanganku. Orang lemah dan orang kuat, dalam hal apa saja.. entah kekuasaan, entah finansial, entah relasi. Setiap ada terjangan cobaan kehidupan seperti halnya angin, orang kuat selalu berhak bertindak sesuka hati mereka bukan? mereka bisa bohong dan jujur sesuka hati mereka, jerat mana yang mempan?

Mulai kuteguk teh manisku. Hujan di tempat singgahku ini sunggu hebat, Lalu mulai kupikirkan isu publik yang terus berganti, terkadang dihadirkan dengan kecompang campingan "aparat yang tegas menangani pencurian ayam" dibanding "aparat tegas menangani tikus kantor", atau apalah. Aku tak benar-benar bisa mengerti orang lain, sikap aparat atau para tersangkanya itu. Aku tak lebih seorang pembual.


Yah, akhirnya hujan memaksaku untuk menjelahi, menaruh ember untuk menadah tetes air dalam rumah, yah.. rumah yang bocor. Seraya aku kembali ketempatku melihat daun dan genting itu, lalu aku cuma bisa bertanya pada diriku sendiri, kenapa harus ada "cobaan" kehidupan? lalu yang kuat bisa bertindah lebih bebas? apakah ini adil? kenapa hidup tak lurus tanpa perlu adanya masalah, semua orang akan bahagia dengan keadaannya. 

Dan aku tahu itu hanya pemikiran bodohku, tentu tanpa masalah takkan ada yang hidup. Cobaan ada untuk mengetahui tingkat iman seseorang tersebut, tanpanya seperti ada yang hilang. Cobaan kecil sekalipun, seperti masalah hatiku saat ini. Aku harus berbohong, mungkin karena aku kuat? kuat memendam rasa ini. Entahlah, kau tak perlu tahu. biarkan waktu yang menjawab sekuat apa aku terus berbohong seperti ini.

Yah, hujan masih belum berhenti, apapun itu lemah atau kuat, daun atau genting, tetap kehujanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger