Minggu, 25 Januari 2015

Bercakap dengan Langit

kala cahaya titik terhapus oleh awan putih.
dia datang memenuhi cakrawala
memintaku temaram di kaki bukit
mulai kupandang mata putih itu
seraya kulakukan tarian likurai
dan dia memberikan gelas kecilnya
yang artinya dia siap memulai
lalu dia berucap
hati tak membenci orang, orang membenci orang!
hati tak membunuh orang, orang membunuh orang!
saat hati mulai membenci
atas sakit, patah, susah yang papa
kenapa tak kau kembali kepada-Nya
sebelum benci itu semakin menjalar
menggerogoti senyum dan hijaunya daun
yang akhirnya daun akan takut dan gugur
saat itu juga, aku akan berubah
menjadi hitam untuk memanaskan suasana
dan kau takkan bisa bercakap lagi padaku

(Sleman/Abrid/Januari/2015)

Hari ini aku sedang bersama teman-temanku, menghabiskan waktu setelah melakukan pendakian kecil di sebuah bukit. Waktu sudah menunjukkan pukul lima pagi, waktu dimana titik-titik bintang dihapus oleh terangnya matahari, sehingga mulai terlihatlah langit biru dan awan putih. Yah, awan putih akan mulai memenuhi cakrawala, dengan kondisi yang begitu aku tidur memandang nya, aku seakan berpikir bahwa awan adalah teman bicara.

Beberapa dari kami mengobrolkan hal-hal enteng keseharian, hingga akhirnya beberapa larut akan indahnya langit, teman bicara awan mulai datang padaku yang sedang tiduran ini. Ibarat seorang tamu, lalu aku lakukan tarian selamat datang. Setelah itu dia, awan itu akan mulai merasa bersahabat dan dia akan mulai bercerita. Aku tahu awan tak pernah becerita, ini hanya pemikiran anehku yang memikirkan awan adalah teman bicara, tapi saat awan adalah ibarat hati seorang manusia. Hati yang berubah menuruti lingkungan sekitarnya, hati yang senang hingga hati yang benci. Terhadap orang, terhadap benda, ataupun terhadap apa saja.

Awan melanjutkan mendengarkanku, aku pernah merasa benci dengan seseorang, bahkan hingga berpikir untuk mengakhiri hidup orang tersebut. Kedengaran seperti "membunuh itu mudah", tapi ya.. itu hanya hati kotor yang dibumbui oleh pikiran picik yang memaksa tubuh untuk melakukan hal gila, toh nyatanya hati dapat dibersihkan dengan mengingat-Nya. Dengan doa, dengan sujud. Harusnya itu bisa..

Mungkin saat itu tak dilakukan, hal gila akan terjadi.. bahkan membunuh adalah hal gila yang biasa. Tapi hati tak pernah membunuh, sekalipun itu bibit.. yang ada hanya orang yang membunuh orang. Hingga akhirnya saat telah terjadi, hanya sesal yang datang. Atau mungkin aku hanya sok tahu, toh nyatanya aku tak pernah membunuh, dan aku tak ingin membunuh. Ini bualan yang kurang enak didengar..

Entah, mungkin saat ada orang yang ingin membunuh, dia tentu tak akan lagi bisa diajak bicara. Dia telah berubah layaknya awan yang kini menjadi hitam hendak hujan. Suhu lingkungan menjadi naik ibarat otak manusia yang bersangkutan menjadi panas. Hingga akhirnya lagi-lagi, sesal akan hinggap di belakang.

Entah apa yang aku pikirkan kali ini, tapi aku suka kalimat aneh yang barusan mampir dipikiranku "hati tak membunuh orang, orang membunuh orang"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger