Aku mengitari jalan dengan menjalang
merah kuning dan hijau bukan lagi persoalan
hingga akhirnya kulihat seorang anak terdiam
diam di bawah nyala merah merona lampu
mulai kuhentikan dan ikut menikmatinya
menikmati dinginnya hujan dan hiruk pikuk kendaraan
dia tak memiliki teman bicara, itulah kenapa dia terdiam
bahkan jikalau dia punya, aku tahu dia tetap akan diam
tak ada alasan untuknya bicara
terlebih untuk orang halimunan yang datang dan pergi
sekedar hanya untuk menghabiskan waktu bercengkrama?
aku mulai memikirkan untuk menghampiri
lantas mungkin dia akan bilang "siapa kau!", begitu bentaknya!
lalu menggejala dibenakku, benarkah diam adalah emas?
terlalu dini untuk kuputuskan dan aku beranjak
kurasa terkadang diam menjadi penelantaran tanggung jawab
sepertiku yang diam dan terus maju kali ini
tanpa menoleh anak kecil kesepian itu lagi
mungkin tak selamanya diam adalah emas
definisikan sendiri sebongkah emas itu
hingga aku tak perlu mencari
alasan untuk bicara
(Sleman/Abrid/Januari/2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar