Siapa kira aku
tak pernah memikirkan ini,.. aku adalah seorang 20tahunan yang jarang jalan
bersama seorang perempuan. Beberapa mengejek diriku sebagai orang tak normal *you know lah, beberapa berkomentar akan
tingkat kegantenganku yang agak suram, beberapa berkomentar lain-lain. Semua
itu jelas salah.
Akhirnya
benar-benar kutuliskan pemikiranku tentang seorang perempuan, mungkin cukup
aneh rasanya (bagi beberapa temanku) orang sepertiku ternyata memikirkan juga
seorang gadis. Apalagi kalau kau membayangkan aku berpacaran mungkin cukup aneh
bukan? Padahal aku seakan hanya peduli dengan tugas dan game online ku (walau sekarang sudah jarang main game nya), orang
yang jarang atau kurasa belum pernah menunjukkan rasa galau nya tentang seorang
perempuan (setidaknya dalam beberapa tahun terakhir). Jadi, inilah pemikiranku.. (*beberapa tahun terakhir = ya berapa? insya Allah terakhir galaunya SMA kelas 1 dulu, sebenarnya belum lama ini galau gara-gara Michelle Chen, tapi nggak kehitung lah :D )
Tentang seorang
perempuan yang menjadi sandaran kisahku, perempuan sebaya atau ya.. setidaknya
dia terpaut kecil dengan usiaku. Ya,. saat ini tak satupun
seorang gadis mendekati. Begitu pula tak satupun seorang gadis kudekati, bukan
maksud merasa superior atau terlalu
berpikir panjang, tapi cukup sederhana saja, terkadang aku bingung untuk alasan
apa aku suka dia. Apakah cantik menjadi tolak ukur pertama aku menyukai
seseorang? Mungkin mulut dan tanganku menulis bisa TIDAK, walau mungkin di hati kecilku tetap ingin kukatakan bahwa
cantik adalah tolak ukur pertamanya. Andaikan aku menghilangkan tolak ukur
pertama itu, lantas apa yang kujadikan pijakan alasan, apakah kebaikan hati
gadis tersebut?
Tidak-tidak,
kecantikan adalah tolak ukur pertamanya.. kurasa itu yang dikatakan hati ini.
Aku sedikit berpikir bahwa cara pandang perempuan menolak ukurkan laki-laki
adalah dengan kemapanan sebagai yang pertama. Lantas yang kedua adalah
ketampanan. Atau mungkin aku salah? Mungkin! Aku tak pernah melihat dengan mata
mereka. Tapi sudahlah, yang di Atas sudah memberikan kebesaran-Nya, tentang
rasa yang tak bisa di pahami hanya oleh tampan cantik kaya miskin, rasa suka
yang diberikan-Nya, akan meluluhkan segala pola pikir picik orang, dan saya
tentunya.
Kulanjutkan
mengenai gadis yang ingin kudapatkan, ingin rasanya berbagi cerita denganmu,
kuharap kau pernah membaca ini.. ya walau aku tak tahu untuk siapa aku tulis
bacaan ini saat ini. (*wew).
Dan mungkin aku mulai berimajinasi... (play : Imaginary Girlfriend - Mocca)
"I've never seen her
I've never met her
And all this time all you can do is just talk about her"
Kurasa aku suka padamu (*padahal aku tak tahu kamu siapa),
sesederhana bahwa aku suka caramu, apa saja kurasa.. dari hal kecil, senyum dan
semua tentangmu. Kubayangkan sekarang, di saat ini.. aku bercanda tawa
denganmu. Kau tanyakan padaku mengenai “bagaimana mengetahui kaki atau tangan
seekor gurita”, terdiam aku, kaupun melanjutkannya “kau kentut saja, nanti
tangannya pasti tutup hidung”, dan kurasa aku akan tersenyum mendengarnya.
Ya, walau
kedengarannya yang barusan cukup norak untuk usiaku yang sudah agak lumayan
tua. Aku berharap aku cukup serius dengan
perasaanku sekarang, mungkinkah kita menikah? Terlalu dini untuk dipikirkan.
Lantas kapan aku atau kita berhak memikirkan itu? Hidup terlalu cepat berlalu,
terkadang aku tak siap menerima kenyataan bahwa aku telah layak dapat kerja dan
dapat istri, punya rumah dan lainnya.. seperti orang dewasa pada umumnya. Atau
memang aku hanya harusnya bersantai menikmati hidup ini, bersantai dan terus
bercanda tawa denganmu.. sekedar berkabar dengan sosmed ataupun sms.
Menyelesaikan masalah selisih paham akibat telat balas pesan atau batal memenuhi
janji. Marah akibat kau merasa aku terlalu kekanak-kanakan atau terlalu
bersikap sok dewasa. Apa menurutmu pacaran itu penting? Aku tak pernah bisa
tahu jawabannya. Atau mungkin terlalu subjektif untuk dijawab? Aku berharap
masa ini, masa dimana aku bisa bercerita tentang masalah-masalahku, tentang
penat hidupku, tentang senyum hariku padamu.. akan terus berlanjut, dan semoga
rasa ini tetap terjaga. Atas dasar rasa suka ku padamu, atas dasar inilah ingin
ku bina rasa suka ini untuk terus tumbuh dan kelak aku memang layak untuk
dirimu, dalam sebuah ikatan sakral keluarga. Dan hingga saat itu tiba,
kuharapkan aku tak sedang membual hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar