Rabu, 08 Juni 2016

[Monolog] entah lah

halo cermin dan bayangan. Kau selalu bisa menunjukkan apa yang sedang kurasakan, kau selalu ikut sedih dan senang seperti diriku ini, bukankah kita cocok? lantas mengapa kita tak melebur menjadi satu, hingga semua orang tahu.. bahwa kamu lah yang paling bisa mengerti diriku ini. diriku yang malang dan merasa sepi di tengah keramaian. diriku yang bahkan tak bisa merasa sedih dalam kesedihan. Aku ingin kembali, di masa dimana aku masih kecil, bebas dari belenggu yang tak kutahu apa yang membelenggu. Otak bebal dengan hal-hal kecil yang tak pernah tahu harus di selesaikan dari mana. Selalu dan hanya berputar disana. Aku ingin mencintaimu bayanganku, mencintai engkau cermin, engkau ayah ibu adik.. hamba mulai mengantuk pagi ini. Maaf

Senin, 30 Mei 2016

Malam Yang Beda

Terang masih begitu jauh
Aku yakin dia takkan datang
Terang yang akan mencuri kamu nanti
Namun aku khawatir akan hal lain yang mencuri
mencuri dirimu sekarang dari sini, secepatnya
Dalam jamuan makan tadi, sebentar saja
Lekas garpu terletak di sebelah kiri dan pisau di sebelah kanan
mereka bersebelahan bersama sama di arah jam 5 di atas piring
lalu kau teguk, seteguh, dua teguk lalu selesai
ya, kau telah selesai.
Karena memang begitulah seharusnya, menyegera
Lakukan seperlunya
Begitu papa malam ini bagimu
Atau aku hanya menerka tanpa pernah menanya
Atau karena aku yang bertanya tanpa mengerti apa yang kutanya
muasal ini jelas
aku paham satu hal
tentang siapa pencuri malam ini
di malam yang beda ini
aku lah pencurinya
benar, jamuan berakhir
aku berharap waktu kembali
menarik pertanyaanku

(Janti/Abrid/30 Mei 2016 : 22.00)

Sabtu, 30 April 2016

Alasan Untuk Bicara

Aku mengitari jalan dengan menjalang
merah kuning dan hijau bukan lagi persoalan
hingga akhirnya kulihat seorang anak terdiam
diam di bawah nyala merah merona lampu
mulai kuhentikan dan ikut menikmatinya
menikmati dinginnya hujan dan hiruk pikuk kendaraan
dia tak memiliki teman bicara, itulah kenapa dia terdiam
bahkan jikalau dia punya, aku tahu dia tetap akan diam
tak ada alasan untuknya bicara
terlebih untuk orang halimunan yang datang dan pergi
sekedar hanya untuk menghabiskan waktu bercengkrama?
aku mulai memikirkan untuk menghampiri
lantas mungkin dia akan bilang "siapa kau!", begitu bentaknya!
lalu menggejala dibenakku, benarkah diam adalah emas?
terlalu dini untuk kuputuskan dan aku beranjak
kurasa terkadang diam menjadi penelantaran tanggung jawab
sepertiku yang diam dan terus maju kali ini
tanpa menoleh anak kecil kesepian itu lagi
mungkin tak selamanya diam adalah emas
definisikan sendiri sebongkah emas itu
hingga aku tak perlu mencari
alasan untuk bicara

(Sleman/Abrid/Januari/2015)
Powered By Blogger